Penggunaan depresiasi biasanya dipakai di untuk Fix Asset perusahaan. Secara umum penerapan depresiasi atau penyusutan fix asset pada keuangan perusahaan dapat mempengaruhi laporan keuangannya dan juga perubahan pajak penghasilan perusahaan. Depresiasi seringkali dianggap sebagai kerugian dalam perhitungan nilai, namun bagi seorang akuntan yang memahami laporan keuangan dapat memandang depresiasi sebagai alat untuk alokasi biaya.
1. Sofyan Harahap
Menurut
Sofyan Harahap pengertian depresiasi adalah pengalokasian harga pokok
aktiva tetap selama masa penggunaanya atau dapat juga kita sebut sebagai
biaya dibebankan terhadap produksi akibat pengunaan aktiva tetap itu
dalam proses produksi.
2. Kleso, Weygant dan Warfield
Menurut
Kleso, Weygant dan Warfield pengertian depresiasi adalah proses
akuntansi untuk mengalokasikan biaya aset berwujud menjadi biaya secara
sistematis dan nasional terhadap periode yang diharapkan dapat
memanfaatkan penggunaan aset tersebut.
3. Zaki Baridwan
Menurut
Zaki Baridwan, definisi depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan
aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya stai
periode akuntansi.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Menurut
PSAK No. 17 pengertian depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva
yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan
untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Metode Depresiasi dalam Akuntansi Bisnis
Dalam
perusahaan terdapat beberapa metode depresiasi yang umum digunakan.
Sesuai dengan pengertian depresiasi diatas, dimana mengharuskan seorang
akuntan untuk menggunakan metode depresiasi yang rasional dan
sistematis.
Misalnya dalam sebuah
contoh studi kasus, perusahaan Anda ingin membeli mesin produksi baru
untuk tujuan tertentu maka dapat digambarkan sebagai berikut:
- Biaya Mesin Produksi Baru = Rp500 juta
- Estimasi Waktu Manfaat = 5 tahun
- Estimasi Nilai Sisa = Rp50 juta
- Umur Produktif = 30 ribu jam
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode ini disebut juga Straight-Line Method
dan merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghitung
beban penyusutan. Metode ini fokus pada penyusutan sebagai fungsi dari
waktu dan bukan dari fungsi penggunaan.
Rumus perhitungannya sebagai berikut:
- Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) : (Masa Manfaat Aset)
- Beban penyusutan = (Rp500 juta – Rp50 juta) : 5 = Rp 90 juta
Metode
ini merupakan metode penyusutan dipercepat dimana menyediakan biaya
penyusutan lebih tinggi pada tahun awal dan beban rendah pada periode
selanjutnya. Fokus utama pada metode ini adalah beban penyusutan lebih
banyak pada tahun awal karena aktiva mengalami penurunan pada tahun
tersebut.
Metode ini dibagi menjadi dua bagian yaituA. Metode Jumlah Angka Tahun
Perhitungan
penyusutannya menggunakan pecahan dengan pembilang angka tahun
(5+4+3+2+1=15) dan jumlah tahunnya menjadi penyebut. Pada metode ini,
pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15,
4/15, 3/15, 2/15 dan 1/15). Berikut ilustrasinya:
Metode
saldo menurun menggunakan biaya penyusutan (dalam persentase) berupa
beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Misalnya, tarif saldo
menurun berganda untuk aktiva 10 tahun akan menjadi 20% (dua kali biaya
garis lurus, yaitu 1/10 atau 10%). Berikut ilustrasinya:
Tahun | Harga Perolehan (Rp) | Nilai Buku Awal Tahun (Rp) | Tarif | Penyusutan (Rp) | Akumulasi Penyusutan (Rp) | Nilai Buku Akhir Tahun (Rp) |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 500.000.000 | 500.000.000 | 40% | 200.000.000 | 200.000.000 | 300.000.000 |
2 | 500.000.000 | 300.000.000 | 40% | 120.000.000 | 380.000.000 | 180.000.000 |
3 | 500.000.000 | 180.000.000 | 40% | 72.000.000 | 428.000.000 | 108.000.000 |
4 | 500.000.000 | 108.000.000 | 40% | 43.200.000 | 456.800.000 | 64.800.000 |
5 | 500.000.000 | 64.800.000 | - | 14.800.000 | 485.200.000 | 50.000.000 |
3. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)
Pada
metode ini mengansumsikan penyusutan sebagai fungsi dari produktivitas
atau penggunaan dan bukan dari segi berlalunya waktu. Dengan gambaran
diatas, penentuan umur penyusutan mesin produsi tidak memiliki masalah
tertentu karena penggunaan relatif mudah diukur.
Misalkan mesin produksi digunakan 4.000 jam di tahun pertama, maka beban penyusutannya dapat dihitung sebagai berikut:
Beban penyusutan = [(Rp 500 juta – Rp 50 juta) x 4.000]: 30 ribu = Rp60 juta.
Namun
metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat digunakan pada
situasi penyusutan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.
4. Metode Depresiasi Khusus
Dalam
pengertian depresiasi sudah dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk
mengetahui penyusutan manfaat aset perusahaan. Namun pada beberapa
khasus, perusahaan tidak bisa memilih salah satu metode depresiasi
diatas karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik atau
membutuhkan penerapa khusus.
Ada dua metode khusus yang bisa Anda terapkan pada kasus tersebut yaitu:
- Metode kelompok dan gabungan; sering digunakan pada aktiva yang cukup homogen dan memiliki fungsi yang hampir sama.
- Metode campuran dan kombinasi; diterapkan sesuai dengan keinginan akuntan.
Tahun | Harga Perolehan (Rp) | Pecahan Penyusutan | Beban Penyusutan (Rp) | Akumulasi Penyusutan (Rp) | Nilai Buku Akhir Tahun (Rp) | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | 450.000.000 | 5/15 | 150.000.000 | 150.000.000 | 350.000.000 | ||
2 | 450.000.000 | 4/15 | 120.000.000 | 270.000.000 | 230.000.000 | ||
3 | 450.000.000 | 3/15 | 90.000.000 | 360.000.000 | 140.000.000 | ||
4 | 450.000.000 | 2/15 | 60.000.000 | 420.000.000 | 80.000.000 | ||
5 | 450.000.000 | 1/15 | 30.000.000 | 450.000.000 | 50.000.000 |